BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bronkiektasis
adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus yang
bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan
berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan ini,
bronkiektasis digolongkan dalam penyakit paru obstruktif kronik, yang
bermanifestasi sebagai peradangan saluran pernafasan dan mudah kolaps, lalu
menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak, gangguan pembersihan
mukus yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang hemoptisis.
Individu mungkin
mempunyai predisposisi terhadap bronkiektasis sebagai akibat infeksi pernapasan
pada masa kanak-kanaknya, campak, influenza, tuberculosis, dan gangguan
immunodefisiensi. Setelah pembedahan, bronkiektasis dapat terjadi ketika pasien
tidak mampu untuk batuk secara efektif, dengan akibat lendir menyumbat
bronchial dan mengarah pada atelektasis.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi dari bronkiektasis?
2.
Bagaimana epidemiologi dari bronkiektasis
?
3.
Apa yang menjadi penyebab dari bronkiektasis
tersebut ?
4.
Apa saja yang menjadi faktor
predisposisi bronkiektasis?
5.
Bagaimana patologi dari bronkiektasis
tersebut ?
6.
Bagaimana patogenesis dari bronkiektasis
?
7.
Bagaimana patofisiologi dari
bronkiektasis tersebut?
8.
Bagaimana klasifikasi bronkiektasis?
9.
Bagaimana gejala klinis dari bronkiektasis
tersebut ?
10.
Apa saja pemeriksaan yang diperlukan
untuk bronkiektasis ?
11.
Bagaimana menentukan diagnosis untuk
bronkiektasis ?
12.
Apa kemungkinan komplikasi yang dapat
ditimbulkan oleh bronkiektasis ?
13.
Bagaimana prognosis dari bronkiektasis?
14.
Apa saja theraphy yang diberikan untuk bronkiektasis?
15.
Bagaimana penatalaksanaan untuk bronkiektasis?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui
bagaimana definisi, penyebab, epidemiologi, faktor predisposisi, patologi,
pathogenesis, patofisiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, pemeriksaan fisik
dan laboratorium, diagnosis, komplikasi, prognosis, theraphy, serta penatalaksanaan
bronkiektasis.
BAB
II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR TEORI PENYAKIT
A.
DEFINISI
Bronkiektasis adalah dilatasi
bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi,
termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, benda-benda
dari saluran pernafasan atas, dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang
berdilatasi dan pembesaran nodus limfa (Brunner & Suddart, 2002). Menurut
(Soeparman & Sarwono, 1990), bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran
bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan
muscular dinding bronkus. Bronkiektasis
berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan
oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang, aspirasi benda asing, atau
massa ( mis. Neoplasma) yang
menghambat lumen bronchial dengan obstruksi (Hudak & Gallo,1997). Bronkiektasis adalah dilatasi permanen
abnormal dari salah satu atau lebih cabang-cabang bronkus yang besar ( Barbara
E, 1998).
B.
EPIDEMIOLOGI
Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat
penting pada negara-negara berkembang. Di negara-negara maju seperti AS,
bronkiektasis mengalami penurunan seiring dengan kemajuan pengobatan.
Prevalensi bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk dengan golongan sosioekonomi
yang rendah. 1,5 Data terakhir yang diperoleh dari RSUD Dr. Soetomo tahun 1990
menempatkan bronkiektasis pada urutan ke-7 terbanyak. Dengan kata lain
didapatkan 221 penderita dari 11.018 (1.01%) pasien rawat inap.
C.
ETIOLOGI
1.
Kelainan
Kongenital
Dalam hal ini brokiektasis terjadi
sejak individu masih dalam kandungan. Faktor genetic atau factor pertumbuhan
dan perkembangan fetus memegang peran penting. Brokietasis yang timbul
congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut :
a. bronkiektasis
mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
b. bronkiektasis
kongenital sering menyertai penyakit-penyakit kongenital lain, misalnya : mucoviscidosis,
sindrom kartagener, hipo atau agamaglobulinemia.
2.
Kelainan
Didapat
Bronkiektasis
sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan merupakan akibat proses
berikut:
a. Infeksi
Bronkiektasis
sering terjadi sesudah seorang anak menderita pneumonia yang sering kambuh dan
berlangsung lama. Pneumonia ini umumnya merupakan komplikasi pertusis maupun
influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru, dan sebagainya.
b. Obstruksi bronkus
Obstruksi
bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab: korpus
alienum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus.
D.
FAKTOR
PREDISPOSISI
Faktor predisposisi terjadinya bronkiektasis dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1.
Kekurangan mekanisme pertahanan yang didapat atau
kongenital, biasanya kelainan imunologi berupa kekurangan globulin gamma atau
kelainan imunitas selular atau kekurangan alfa-1antitripsin.
2.
Kelainan struktur kongenital seperti fibrosis kistik,
sindrom Kartagener, kekurangan kartilago bronkus, dan kifoskoliosis kongenital.
3.
Penyakit paru primer seperti tumor paru, benda asing,
atau tuberkulosis paru.
E.
PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner & Suddarth (2002) patofisiologi
dari bronkiektasis dimulai dari infeksi merusak dinding bronkial, menyebabkan
kehilangan struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya
dapat menyumbat bronki. Dinding bronkial menjadi teregang secara permanen
akibat batuk hebat, infeksi melebar sampai ke peribronkial, sehingga dalam
kasus bronkiektasis selular, setiap tuba yang berdilatasi sebenarnya adalah
abses paru, yang eksudatnya mengalir bebas melalui bronkus. Brokiektasis
biasanya setempat, menyerang lobus segmen paru. Lobus yang paling bawah sering
terkena.
Retensi sekresi dan obstruksi yang diakibatkannya
pada akhirnya menyebabkan alveoli disebelah distal obstruksi mengalami kolaps
(atelektasis). Jaringan parut atau fibrosis akibat reaksi inflamasi
menggantikan jaringan paru yang berfungsi. Pada waktunya pasien mengalami
insufisiensi pernapasan dengan penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi,
dan peningkatan rasio volume residual terhadap kapasitas paru total. Terjadi
kerusakan campuran gas yang di inspirasi (ketidakseimbangan ventilasi-perfusi)
dan hipoksimia.
F.
KLASIFIKASI
Menurut Suyono (2001) berdasarkan atas bronkografi (bentuknya)
dan patologi, bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
Bronkiektasis tabung (Tubular,
Cylindrikal, Fusiform Bronchiectasis)
Bronkiektasis
bentuk ini merupakan brokiektasis yang paling ringan. Bentuk ini sering
ditemukan pada bronkiektasis yang menyertai bronkiektasis kronik.
2. Bentuk kantong (Saccular
Bronchiectasis)
Bentuk
ini merupakan bentuk brokiektasis yang klasik Ditandai dengan dilatasi dan
penyempitan bronkus yang bersifat ireguler, bentuk ini kadang-kadang berbentuk
kista.
3. Varicose
Bronchiectasis
Merupakan gabungan dari kedua bentuk
sebelumnya. Istilah ini digunakan karena bronkus menyerupai varises pembuluh
vena.
G.
GEJALA
KLINIS
Gejala dan tanda
klinis yang timbul pada pasien bronkiektasis tergantung pada luas dan beratnya
penyakit, lokasi kelainannya dan ada atau tidak adanya komplikasi lanjut. Ciri
khas penyakit ini adalah adanya hemoptisis dan pneumonia berulang. Gejala dan
tanda klinis tersebut dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan dapat
tidak nyata atau tanpa gejala penyakit yang ringan. Tanda dan gejala dari bronkiektasis
diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Batuk
Hemoptisis mempunyai ciri antara
lain batuk produktif berlangsung kronik, jumlah sputum bervariasi, umumnya
jumlahnya banyak pada pagi hari sesudah ada posisi tidur atau bangun dari
tidur. Sputum terdiri atas tiga lapisan :
a. Lapisan
teratas agak keruh, terdiri atas mucus
b. Lapisan
tengah jernih terdiri atas saliva
c. Lapisan
terbawah keruh, terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang
rusak
2. Hemoptisis
Terjadi akibat nekrosis atau
dekstruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah (pecah) dan timbul
pendarahan.
3. Sesak
napas (dispnea)
Timbulnya sesak napas tergantung
pada luasnya bronkiektasis, kadang-kadang menimbulkan suara mengi akibat adanya
obstruksi bronkus.
4. Demam
berulang
Bronkiektasis merupakan penyakit
yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun
pada paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang)
5. Kelainan
Fisik
a. Sianosis
b. Jari
tabuh (clubbing finger)
c. Bronki
basah
d. Wheezing
H.
PEMERIKSAAN
1.
Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Pemeriksaan
sputum
Pemeriksaan
sputum meliputi volume sputum, warna sputum, sel-sel dan bakteri dalam sputum.
Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan
mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Apabila ditemukan sputum berbau
busuk menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.
b.
Pemeriksaan
darah tepi
Biasanya ditemukan dalam batas
normal. Kadang ditemukan adanya
leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan
adanya infeksi yang menahun.
c.
Pemeriksaan
urine
Ditemukan dalam batas normal,
kadang ditemukan adanya proteinuria yang
bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum biasanya
dalam batas normal, kadang bisa meningkat ataupun menurun.
d.
Pemeriksaan
EKG
EKG
biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi
kor pulmonal atau tanda pendorongan jantung.
2.
Pemeriksaan
Radiologi
a.
Foto dada PA dan Lateral
Biasanya ditemukan corakan paru
menjadi lebih kasar dan batas-batas corakan menjadi kabur, mengelompok, kadang-kadang
ada gambaran sarang tawon serta gambaran kistik dan batas-batas permukaan
udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter
yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus
atas kiri dan lobus medius paru kanan.
b.
Pemeriksaan bronkografi
Bronkografi tidak rutin dikerjakan
namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi penderita yang akan dioperasi
yaitu penderita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan berulang
yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan
konservatif atau penderita dengan hemoptisis yang pasif. Bronkografi
dilakukan sertalah keadaan stabil, setalah pemberian antibiotik dan postural
drainage yang adekuat sehingga bronkus bersih dari sekret.
I.
KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi
bronkiektasis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain:
1. Bronchitis
kronik
2. Pneumonia
dengan atau tanpa atelektasis.
3. Pleuritis,
timbul bersamaan dengan timbulnya pneumonia.
4. Efusi
pleura atau empiema
5. Abses
metastasis di otak
6. Hemoptisis
Terjadi karena pecahnya pembuluh
darah cabang vena (arteri pulmonalis), cabang aeteri (arteri bronkialis) atau
anastomosis pembuluh darah. Komplikasi hemoptisis hebat dan tidak terkendali
merupakan tindakan bedah gawat darurat (indikasi pembedahan). Sering juga
hemoptisis masih yang sulit diatasi ini merupakan penyebab kematian utama
pasien bronkiektasis.
7. Sinusitis
Keadaan ini sering di temukan dan
merupakan bagian darikomplikasi bronkiektasis pada saluran nafas.
8. Kor
pulmonal kronik (KPK)
Komplikasi ini sering terjadi pada
pasien bronkiektasis yang berat dan lanjut atau mengenai beberapa bagian paru.
Pada kasus ini bila terjadi anastomosis cabang-cabang arteri dan vena
pulmonalis pada dinding bronkus (bronkiektasis), akan terjadi arerio-venous
shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul seanosis sentral, selanjutnya
terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal,
kor-polmonal kronik. Selanjutnya dapat terjadi gagal jantung kanan.
9. Kegagalan
pernafasan
Merupakan komplikasi paling akhir
yang timbul pada pasien bronkiektasis yang berat dan luas.
10. Amiloidosis
Pada pasien yang mengalami
komplikasi amiloidosis ini sering ditemukan pembesaran hati dan limpa serta
proteinoria.
J.
THERAPHY
1. Antibiotik:
Obat ini diberikan untuk membantu mencegah atau mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Seperti Ampisillin, Kotrimoksasol, atau
amoksisilin selama 5- 7 hari pemberian.
2. Obat
Anti-inflamasi : Ini juga dikenal sebagai non-steroid
anti-inflammatory drugs atau NSAIDs. Mereka mungkin membantu mengurangi rasa sakit
dan peradangan (pembengkakan). Obat ini dapat menyebabkan perdarahan lambung
atau masalah ginjal pada orang-orang tertentu.
3. Ekspektoran
: Obat-obatan ini akan membantu agar dahak (lendir
dari paru-paru) menjadi lebih tipis. Ketika dahak meniipis, mungkin lebih mudah
untuk batuk dan meludah keluar. Hal ini dapat membantu agar dapat bernapas
lebih mudah.
4. Imunoglobulin
: obat ini dapat diberikan untuk membantu sistem kekebalan tubuh untuk melawan
infeksi.
5. Steroid
: Obat steroid dapat membantu untuk membuka saluran udara sehingga dapat
bernapas lebih mudah.
6. Bedah
: Hal ini dilakukan untuk menghilangkan bagian yang rusak dari paru-paru. Pembedahan
biasanya hanya dilakukan jika pengobatan dengan obat-obatan telah gagal
K.
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan pasien bronkiektasis
terdiri atas dua kelompok, yaitu :
1.
Pengobatan
konservatif
a.
Pengelolaan
umum
Ditujukan
terhadap semua pasien bronkiektasis, meliputi :
1)
Menciptakan lingkungan yang baik dan
tepat bagi pasien
Contoh : membuat ruangan hangat, udara
ruangan kering.
2)
Memperbaiki drainase secret bronkus
Cara yang baik
dikerjakan ialah sebagai berikut :
a)
Melakukan drainase postural,
Tindakan
ini merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi gejala, tetapi harus
dikerjakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase
sputum secara maksimal.
b)
Mencairkan sputum yang kental.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan
inhalasi uap air panas atau dingin.
c)
Mengatur posisi tempat tidur pasien.
3)
Mengontrol infeksi saluran napas.
Adanya infeksi saluran napas akut harus
diperkecil dengan jalan harus diperkecil dengan jalan mencegah pemajanan kuman.
b. Pengelolaan khusus
1)
Kemoterapi pada bronkiektasis
a)
Dapat
digunakan secara kontinu untuk mengontrol infeksi bronkus
b)
untuk pengobatan eksaserbasi infeksi
akut pada bronkus/paru
c)
kemoterapi disini menggunakan obat
antibiotic tertentu
2)
Drainase secret dengan bronkoskop
Cara ini penting dikerjakan terutama pada
permulaan perawatan pasien. Keperluannya antara lain adalah untuk:
a)
menentukan dari mana asal secret
b)
megidentifikasi lokasi stenosis atau
obstruksi bronkus
c)
menghilangkan obstruksi bronkus dengan
suction drainage daerah obstruksi tadi (misalnya pada pengobatan atelektasis
paru).
c. Pengobatan simtomatik
Pengobatan lain yang perlu
ditambahkan adalah pengobatan simtomatik. Sesuai dengan namanya , pengobatan
ini hanya diberikan kalau timbul simtom yang mungkin mengganggu atau
membahayakan pasien.
1) Pengobatan
obstruksi bronkus
Dapat diberikan dengan obat
bronkodilator. Apabila hasil tes bronkodilator positif, pasien perlu diberikan
obat bronkodilator tersebut.
2) Pengobatan
hipoksia
Dapat diberikan oksigen. Apabila pasien
terdapat komplikasi bronkitis kronik, pemberian oksigen harus hati-hati, harus dengan
aliran darah (cukup 1 liter/menit)
3) Pengobatan
hemoptosis
Tindakan yang perlu segera diberikan
adalah upaya menghentikan perdarahan tersebut. Apabila perdarahan cukup banyak
(masif), mungkin merupakan perdarahan arterial yang memerlukan tindakan operatif
segera untuk menghentikan perdarahannya.
4) Pengobatan
demam
Diberikan antibiotik yang sesuai dosis
cukup, dan perlu ditambahkan obat antipiretik seperlunya.
2.
Pengobatan
pembedahan
a.
Tujuan pembedahan : mengangkat
segmen/lobus paru yang terkena.
b.
Indikasi pembedahan :
1)
Pasien bronkiektasis yang terbatas dan
resektabel yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif yang
adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk operasi.
2)
Pasien bronkiektasis yang terbatas,
tetapi sering mengalami infeksi berulang atau hemoptisis yang berasal dari
daerah tersebut. Pasien dengan hemoptisis massif seperti ini mutlak perlu
tindakan operasi.
KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Anamnesis
a. Riwayat
atau adanya faktor-faktor penunjang
1) Merokok produk tembakau sebagai
factor penyebab utama
2) Tinggal atau bekerja daerah dengan
polusi udara berat
3) Riwayat alergi pada keluarga
4) Ada riwayat asma pada masa anak-anak.
b. Riwayat
atau adanya faktor-faktor pencetus
1) Allergen (serbuk, debu, kulit,
serbuk sari atau jamur)
2) Sress emosional
3) Aktivitas fisik yang berlebihan
4) Polusi udara
5) Infeksi saluran nafas
6) Kegagalan program pengobatan yang
dianjurkan
2.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Klien dengan
bronkhiektasis terlihat mengalami batuk-batuk dengan sputum yang banyak
terutama pada pagi hari serta setelah tiduran dan berbaring. Pada inspeksi,
bentuk dada biasanya normal.
Adanya batuk
darah sering dijumpai pada sekitar 50% dari klien dengan bronkhiektasis. Batuk
darah pada klien dengan bronkhiektasis biasanya bersifat masif karena sering
melibatkan pecahnya pembuluh darah arteri yang meregang pada dinding bronkhus
dan melemahnya dinding bronkhus akibat stimulus batuk lama dapat menyebabkan
batuk darah masif.
b. Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat
dan taktil fremitus biasanya menurun.
c. Perkusi
Pada perkusi, didapatkan suara
normal sampai hipersonor.
d. Auskultasi
sering didapatkan adanya bunyi
napas ronkhi dan wheezing sesuai tingkat keparahan obstruktif pada bronkhiolus.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
yang berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, tertahannya sekret, sekret
kental.
2.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, produksi sputum,
mual/muntah
3.
Risiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan proses penyakit kronis, malnutrisi
4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan
5.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi/tidak mengenal sumber informasi
C.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
No.
|
Diagnose keperawatan
|
Tujuan
dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
rasional
|
1.
|
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang
berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, tertahannya secret, sekret
kental.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
...×… jam diharapkan jalan nafas kembali efektif, dengan kriteria hasil :
·
Anak
dapat mendemonstrasikan batuk efektif
·
tidak
ada suara napas tambahan
·
secret
dapat dikeluarkan.
|
Mandiri
Kolaborasi
(mis,:
bronkodilator, nebulizer, mukolitik, ekspektoran kortikosteroid
|
Mandiri
|
D.
IMPLEMENTASI
Implementasi atau tindakan
keperawatan sesuai dengan intervensi.
E.
EVALUASI
1. Diharapkan
jalan napas kembali efektif, tidak ada suara napas tambahan, secret dapat
dikeluarkan.
2. Diharapkan
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
3. Diharapkan
tidak terjadi infeksi, risiko infeksi dapat dicegah
4. Diharapkan
anak dapat mempertahankan tingkat energy yang adekuat, dapat melakukan
aktivitas sehari-hari kembali secara mandiri
5. Diharapkan
anak / orang tua serta keluarga memahami
kondisi, proses penyakit dan tindakan pengobatan yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA
Aru
W. Sudoyo. 2006. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II, Edisi IV. Jakarta : FKUI
Atul B. Mehta,
A. Victor Hoffbrand. 2006. At a Glance Hematologi .Edisi
2.Jakarta:Erlangga
Brunner
& Suddarth. 2000. Medical Surgical Nursing, Edition 9.
Philadelphia : Lippincott.
Brunner
& Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Doengoes,
M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencnaan / pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta : EGC
Elizabeth. 2001.
Patofisiologi.
Jakarta : EGC
http://www.nursingtimes.net/nursing-patients-with-bronchiectasis-part-on
http://www.drugs.com/cg/bronchiectasis-in-children.html
Muttaqin,
Arif. 2008. Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Somantri,
Irman (2009). Asuhan Keperawatan dengan Klien dengan Gangguan Sistem Respirasi.
Jakarta. Salemba Medika.
Wong,
Donna ( 2004 ). Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar