CATATAN KEPERAWATAN : Laporan Pendahuluan BRONKIEKTASIS

Rabu, 16 Januari 2013

Laporan Pendahuluan BRONKIEKTASIS


BAB I
PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan ini, bronkiektasis digolongkan dalam penyakit paru obstruktif kronik, yang bermanifestasi sebagai peradangan saluran pernafasan dan mudah kolaps, lalu menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak, gangguan pembersihan mukus yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang hemoptisis.
Individu mungkin mempunyai predisposisi terhadap bronkiektasis sebagai akibat infeksi pernapasan pada masa kanak-kanaknya, campak, influenza, tuberculosis, dan gangguan immunodefisiensi. Setelah pembedahan, bronkiektasis dapat terjadi ketika pasien tidak mampu untuk batuk secara efektif, dengan akibat lendir menyumbat bronchial dan mengarah pada atelektasis.

B.         Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari bronkiektasis?
2.      Bagaimana epidemiologi dari bronkiektasis ?
3.      Apa yang menjadi penyebab dari bronkiektasis tersebut ?
4.      Apa saja yang menjadi faktor predisposisi bronkiektasis?
5.      Bagaimana patologi dari bronkiektasis tersebut ?
6.      Bagaimana patogenesis dari bronkiektasis ?
7.      Bagaimana patofisiologi dari bronkiektasis tersebut?
8.      Bagaimana klasifikasi bronkiektasis?
9.      Bagaimana gejala klinis dari bronkiektasis tersebut ?
10.  Apa saja pemeriksaan yang diperlukan untuk bronkiektasis ?
11.  Bagaimana menentukan diagnosis untuk bronkiektasis ?
12.  Apa kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh bronkiektasis ?
13.  Bagaimana prognosis dari bronkiektasis?
14.  Apa saja theraphy yang diberikan untuk bronkiektasis?
15.  Bagaimana penatalaksanaan untuk bronkiektasis?

C.         Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui bagaimana definisi, penyebab, epidemiologi, faktor predisposisi, patologi, pathogenesis, patofisiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, komplikasi, prognosis, theraphy, serta penatalaksanaan bronkiektasis.

BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP DASAR TEORI PENYAKIT

A.          DEFINISI
Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, benda-benda dari saluran pernafasan atas, dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfa (Brunner & Suddart, 2002). Menurut (Soeparman & Sarwono, 1990), bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus. Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang, aspirasi benda asing, atau massa ( mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi (Hudak & Gallo,1997). Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih cabang-cabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).

B.           EPIDEMIOLOGI
Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat penting pada negara-negara berkembang. Di negara-negara maju seperti AS, bronkiektasis mengalami penurunan seiring dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk dengan golongan sosioekonomi yang rendah. 1,5 Data terakhir yang diperoleh dari RSUD Dr. Soetomo tahun 1990 menempatkan bronkiektasis pada urutan ke-7 terbanyak. Dengan kata lain didapatkan 221 penderita dari 11.018 (1.01%) pasien rawat inap.

C.          ETIOLOGI
1.      Kelainan Kongenital
Dalam hal ini brokiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan. Faktor genetic atau factor pertumbuhan dan perkembangan fetus memegang peran penting. Brokietasis yang timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut :
a.       bronkiektasis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
b.      bronkiektasis kongenital sering menyertai penyakit-penyakit kongenital lain, misalnya : mucoviscidosis, sindrom kartagener, hipo atau agamaglobulinemia.

2.      Kelainan Didapat
Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan merupakan akibat proses berikut:
a.    Infeksi
Bronkiektasis sering terjadi sesudah seorang anak menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia ini umumnya merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru, dan sebagainya.
b.   Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab: korpus alienum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus.

D.          FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi terjadinya bronkiektasis dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.         Kekurangan mekanisme pertahanan yang didapat atau kongenital, biasanya kelainan imunologi berupa kekurangan globulin gamma atau kelainan imunitas selular atau kekurangan alfa-1antitripsin.
2.         Kelainan struktur kongenital seperti fibrosis kistik, sindrom Kartagener, kekurangan kartilago bronkus, dan kifoskoliosis kongenital.
3.         Penyakit paru primer seperti tumor paru, benda asing, atau tuberkulosis paru.

E.           PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner & Suddarth (2002) patofisiologi dari bronkiektasis dimulai dari infeksi merusak dinding bronkial, menyebabkan kehilangan struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat bronki. Dinding bronkial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat, infeksi melebar sampai ke peribronkial, sehingga dalam kasus bronkiektasis selular, setiap tuba yang berdilatasi sebenarnya adalah abses paru, yang eksudatnya mengalir bebas melalui bronkus. Brokiektasis biasanya setempat, menyerang lobus segmen paru. Lobus yang paling bawah sering terkena.
Retensi sekresi dan obstruksi yang diakibatkannya pada akhirnya menyebabkan alveoli disebelah distal obstruksi mengalami kolaps (atelektasis). Jaringan parut atau fibrosis akibat reaksi inflamasi menggantikan jaringan paru yang berfungsi. Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi pernapasan dengan penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio volume residual terhadap kapasitas paru total. Terjadi kerusakan campuran gas yang di inspirasi (ketidakseimbangan ventilasi-perfusi) dan hipoksimia.

F.           KLASIFIKASI
Menurut Suyono (2001) berdasarkan atas bronkografi (bentuknya) dan patologi, bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.      Bronkiektasis tabung (Tubular, Cylindrikal, Fusiform Bronchiectasis)
Bronkiektasis bentuk ini merupakan brokiektasis yang paling ringan. Bentuk ini sering ditemukan pada bronkiektasis yang menyertai bronkiektasis kronik.
2.      Bentuk kantong (Saccular Bronchiectasis)
Bentuk ini merupakan bentuk brokiektasis yang klasik Ditandai dengan dilatasi dan penyempitan bronkus yang bersifat ireguler, bentuk ini kadang-kadang berbentuk kista.
3.   Varicose Bronchiectasis
      Merupakan gabungan dari kedua bentuk sebelumnya. Istilah ini digunakan karena bronkus menyerupai varises pembuluh vena.

G.          GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronkiektasis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya dan ada atau tidak adanya komplikasi lanjut. Ciri khas penyakit ini adalah adanya hemoptisis dan pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis tersebut dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala penyakit yang ringan. Tanda dan gejala dari bronkiektasis diantaranya ialah sebagai berikut :
1.      Batuk
Hemoptisis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik, jumlah sputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak pada pagi hari sesudah ada posisi tidur atau bangun dari tidur. Sputum terdiri atas tiga lapisan :
a.       Lapisan teratas agak keruh, terdiri atas mucus
b.      Lapisan tengah jernih terdiri atas saliva
c.       Lapisan terbawah keruh, terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak
2.      Hemoptisis
Terjadi akibat nekrosis atau dekstruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah (pecah) dan timbul pendarahan.
3.      Sesak napas (dispnea)
Timbulnya sesak napas tergantung pada luasnya bronkiektasis, kadang-kadang menimbulkan suara mengi akibat adanya obstruksi bronkus.
4.      Demam berulang
Bronkiektasis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang)
5.      Kelainan Fisik
a.       Sianosis
b.      Jari tabuh (clubbing finger)
c.       Bronki basah
d.      Wheezing

H.          PEMERIKSAAN
1.      Pemeriksaan Laboratorium
a.      Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum meliputi volume sputum, warna sputum, sel-sel dan bakteri dalam sputum. Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Apabila ditemukan sputum berbau busuk  menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.
b.      Pemeriksaan darah tepi
Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang  ditemukan adanya leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun.
c.       Pemeriksaan urine
Ditemukan dalam batas normal, kadang  ditemukan adanya proteinuria yang bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal, kadang bisa meningkat ataupun menurun.
d.      Pemeriksaan EKG
EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi kor pulmonal atau tanda pendorongan jantung.

2.      Pemeriksaan Radiologi
a.      Foto dada  PA dan Lateral
Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar  dan batas-batas corakan menjadi kabur, mengelompok, kadang-kadang ada gambaran sarang tawon  serta gambaran kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri  dan lobus medius paru kanan.
b.      Pemeriksaan bronkografi
Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi penderita yang akan dioperasi yaitu penderita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif  atau penderita dengan hemoptisis yang pasif. Bronkografi dilakukan sertalah keadaan stabil, setalah pemberian antibiotik dan postural drainage yang adekuat sehingga bronkus  bersih dari sekret.

I.             KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronkiektasis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain:
1.      Bronchitis kronik
2.      Pneumonia dengan atau tanpa atelektasis.
3.      Pleuritis, timbul bersamaan dengan timbulnya pneumonia.
4.      Efusi pleura atau empiema
5.      Abses metastasis di otak
6.      Hemoptisis
Terjadi karena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri pulmonalis), cabang aeteri (arteri bronkialis) atau anastomosis pembuluh darah. Komplikasi hemoptisis hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan bedah gawat darurat (indikasi pembedahan). Sering juga hemoptisis masih yang sulit diatasi ini merupakan penyebab kematian utama pasien bronkiektasis.
7.      Sinusitis
Keadaan ini sering di temukan dan merupakan bagian darikomplikasi bronkiektasis pada saluran nafas.
8.      Kor pulmonal kronik (KPK)
Komplikasi ini sering terjadi pada pasien bronkiektasis yang berat dan lanjut atau mengenai beberapa bagian paru. Pada kasus ini bila terjadi anastomosis cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus (bronkiektasis), akan terjadi arerio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul seanosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor-polmonal kronik. Selanjutnya dapat terjadi gagal jantung kanan.
9.      Kegagalan pernafasan
Merupakan komplikasi paling akhir yang timbul pada pasien bronkiektasis yang berat dan luas.
10.  Amiloidosis
Pada pasien yang mengalami komplikasi amiloidosis ini sering ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinoria.

J.            THERAPHY
1.      Antibiotik: Obat ini diberikan untuk membantu mencegah atau mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Seperti Ampisillin, Kotrimoksasol, atau amoksisilin  selama 5- 7 hari pemberian.
2.      Obat Anti-inflamasi : Ini juga dikenal sebagai non-steroid anti-inflammatory drugs atau NSAIDs. Mereka mungkin membantu mengurangi rasa sakit dan peradangan (pembengkakan). Obat ini dapat menyebabkan perdarahan lambung atau masalah ginjal pada orang-orang tertentu.
3.      Ekspektoran : Obat-obatan ini akan membantu agar dahak (lendir dari paru-paru) menjadi lebih tipis. Ketika dahak meniipis, mungkin lebih mudah untuk batuk dan meludah keluar. Hal ini dapat membantu agar dapat bernapas lebih mudah.
4.      Imunoglobulin : obat ini dapat diberikan untuk membantu sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
5.      Steroid : Obat steroid dapat membantu untuk membuka saluran udara sehingga dapat bernapas lebih mudah.
6.      Bedah : Hal ini dilakukan untuk menghilangkan bagian yang rusak dari paru-paru. Pembedahan biasanya hanya dilakukan jika pengobatan dengan obat-obatan telah gagal

K.          PENATALAKSANAAN
Pengelolaan pasien bronkiektasis terdiri atas dua kelompok, yaitu :
1.      Pengobatan konservatif
a.      Pengelolaan umum
Ditujukan terhadap semua pasien bronkiektasis, meliputi :
1)      Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien
      Contoh : membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
2)      Memperbaiki drainase secret bronkus
Cara yang baik dikerjakan ialah sebagai berikut :
a)      Melakukan drainase postural,
      Tindakan ini merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi gejala, tetapi harus dikerjakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase sputum secara maksimal.
b)      Mencairkan sputum yang kental.
      Hal ini dapat dilakukan dengan jalan inhalasi uap air panas atau dingin.
c)      Mengatur posisi tempat tidur pasien.
3)      Mengontrol infeksi saluran napas.
     Adanya infeksi saluran napas akut harus diperkecil dengan jalan harus diperkecil dengan jalan mencegah pemajanan kuman.

b.      Pengelolaan khusus
1)      Kemoterapi pada bronkiektasis
a)      Dapat  digunakan secara kontinu untuk mengontrol infeksi bronkus
b)      untuk pengobatan eksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru
c)      kemoterapi disini menggunakan obat antibiotic tertentu
2)      Drainase secret dengan bronkoskop
      Cara ini penting dikerjakan terutama pada permulaan perawatan pasien. Keperluannya antara lain adalah untuk:
a)      menentukan dari mana asal secret
b)      megidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
c)      menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah obstruksi tadi (misalnya pada pengobatan atelektasis paru).

c.       Pengobatan simtomatik
            Pengobatan lain yang perlu ditambahkan adalah pengobatan simtomatik. Sesuai dengan namanya , pengobatan ini hanya diberikan kalau timbul simtom yang mungkin mengganggu atau membahayakan pasien.
1)      Pengobatan obstruksi bronkus
Dapat diberikan dengan obat bronkodilator. Apabila hasil tes bronkodilator positif, pasien perlu diberikan obat bronkodilator tersebut.
2)      Pengobatan hipoksia
Dapat diberikan oksigen. Apabila pasien terdapat komplikasi bronkitis kronik, pemberian oksigen harus hati-hati, harus dengan aliran darah (cukup 1 liter/menit)
3)      Pengobatan hemoptosis
Tindakan yang perlu segera diberikan adalah upaya menghentikan perdarahan tersebut. Apabila perdarahan cukup banyak (masif), mungkin merupakan perdarahan arterial yang memerlukan tindakan operatif segera untuk menghentikan perdarahannya.
4)      Pengobatan demam
Diberikan antibiotik yang sesuai dosis cukup, dan perlu ditambahkan obat antipiretik seperlunya.

2.      Pengobatan pembedahan
a.       Tujuan pembedahan : mengangkat segmen/lobus paru yang terkena.
b.      Indikasi pembedahan :
1)      Pasien bronkiektasis yang terbatas dan resektabel yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk operasi.
2)      Pasien bronkiektasis yang terbatas, tetapi sering mengalami infeksi berulang atau hemoptisis yang berasal dari daerah tersebut. Pasien dengan hemoptisis massif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1.      Anamnesis
a.       Riwayat atau adanya faktor-faktor penunjang
1)      Merokok produk tembakau sebagai factor penyebab utama
2)      Tinggal atau bekerja daerah dengan polusi udara berat
3)      Riwayat alergi pada keluarga
4)      Ada riwayat asma pada masa anak-anak.
b.      Riwayat atau adanya faktor-faktor pencetus
1)      Allergen (serbuk, debu, kulit, serbuk sari atau jamur)
2)      Sress emosional
3)      Aktivitas fisik yang berlebihan
4)      Polusi udara
5)      Infeksi saluran nafas
6)      Kegagalan program pengobatan yang dianjurkan
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Inspeksi
Klien dengan bronkhiektasis terlihat mengalami batuk-batuk dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari serta setelah tiduran dan berbaring. Pada inspeksi, bentuk dada biasanya normal.
Adanya batuk darah sering dijumpai pada sekitar 50% dari klien dengan bronkhiektasis. Batuk darah pada klien dengan bronkhiektasis biasanya bersifat masif karena sering melibatkan pecahnya pembuluh darah arteri yang meregang pada dinding bronkhus dan melemahnya dinding bronkhus akibat stimulus batuk lama dapat menyebabkan batuk darah masif.
b.      Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.
c.       Perkusi
Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor.
d.      Auskultasi
sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan wheezing sesuai tingkat keparahan obstruktif pada bronkhiolus.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, tertahannya sekret, sekret kental.
2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, produksi sputum, mual/muntah
3.      Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis, malnutrisi
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi

C.    INTERVENSI KEPERAWATAN

No.
Diagnose keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
rasional
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, tertahannya secret, sekret kental.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...×… jam diharapkan jalan nafas kembali efektif, dengan kriteria hasil :
·         Anak dapat mendemonstrasikan batuk efektif
·         tidak ada suara napas tambahan
·         secret dapat dikeluarkan.

Mandiri
  1. Kaji warna, kekentalan dan jumlah sputum.

  1. Kaji / pantau frekuensi pernafasan.




  1. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas.



  1. Berikan posisi yang nyaman (misal: semifowler)


  1. Bantu anak latihan nafas dalam.





  1. Ajarkan cara batuk efektif




  1. Pertahankan intake cairan sedikitnya 3000 ml / hari

Kolaborasi

  1. pemberian obat sesuai indikasi
(mis,: bronkodilator, nebulizer, mukolitik, ekspektoran kortikosteroid

Mandiri
  1. Karakteristik sputum dapat menunjukan berat ringannya obstruksi.

  1. Tacipneu biasanya ada pada beberapa derajat dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/ proses infeksi akut.

  1. Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat / tak dimanisfestasikan adanya bunyi nafas.

  1. Mempermudah untuk bernafas serta Meningkatkan ekspansi dada.

  1. Ventilasi maksimal membuka lumen jalan napas dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan napas besar untuk dkeluarkan

  1. Batuk yang terkontrol dan efektif dapat memudahkan pengeluaran sekret yang melekat di jalan napas

  1. Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan sekret dan mengefektifkan bersihan jalan napas

  1. Mempercepat proses penyembuhan


D.    IMPLEMENTASI
Implementasi atau tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi.

E.     EVALUASI
1. Diharapkan jalan napas kembali efektif, tidak ada suara napas tambahan, secret dapat dikeluarkan.
2.      Diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
3.      Diharapkan tidak terjadi infeksi, risiko infeksi dapat dicegah
4.    Diharapkan anak dapat mempertahankan tingkat energy yang adekuat, dapat melakukan aktivitas sehari-hari kembali secara mandiri
5.   Diharapkan anak / orang tua serta keluarga  memahami kondisi, proses penyakit dan tindakan pengobatan yang diberikan



DAFTAR PUSTAKA

Aru W. Sudoyo. 2006. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II, Edisi IV.  Jakarta : FKUI
Atul B. Mehta, A. Victor Hoffbrand. 2006. At a Glance Hematologi .Edisi 2.Jakarta:Erlangga
Brunner & Suddarth. 2000. Medical Surgical Nursing, Edition 9. Philadelphia : Lippincott.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Doengoes, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencnaan / pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC
Elizabeth. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC
http://www.nursingtimes.net/nursing-patients-with-bronchiectasis-part-on
http://www.drugs.com/cg/bronchiectasis-in-children.html
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Somantri, Irman (2009). Asuhan Keperawatan dengan Klien dengan Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta. Salemba Medika.
Wong, Donna ( 2004 ). Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar