CATATAN KEPERAWATAN : Budaya Perawatan Bayi yang Berkembang, memang Benar ataukah hanya sekedar MITOS ???

Rabu, 16 Januari 2013

Budaya Perawatan Bayi yang Berkembang, memang Benar ataukah hanya sekedar MITOS ???



  1. Pemberian ASI segera setelah lahir.
Dewasa ini, para dokter menganjurkan agar bayi yang baru lahir segera disusui. Hal ini bernilai positif karena kondisi ini adalah kontak kulit pertama bayi dengan ibunda tercinta. Sebuah kegiatan yang menciptakan ikatan batin yang tak ternilai. Bayi baru lahir bayi sudah dapat menangis dan bernapas dengan baik diletakkan di dada ibunya. Meski bayi belum dapat melihat dengan sempurna, ia akan akan merangkak mencari puting ibunya dan akan mulai menyusui. Susui sedari awal bayi dalam 30 menit setelah lahir. Kegiatan pengenalan awal dalam menyusui ini dikenal dengan istilah breast crawl atau dikenal juga dengan Inisiasi Menyusui Dini. Pemberian ASI dini ini akan merangsang keluarnya ASI selanjutnya.

  1. Penggunaan gurita dan bedong pada bayi
Sejatinya, bayi dipakaikan gurita dengan tujuan untuk menghangatkan bayi dan mencegah pusar bodong. Hal ini tidak dianjurkan karena memang tidak beralasan. Pemakaian gurita, apalagi bila dipakaikan terlalu ketat, dapat menekan dinding perut bayi sehingga tidak dapat secara bebas mengembang sewaktu bernapas. Alhasil, gurita akan menghalangi pernapasan bayi. Selain itu, gurita yang terlalu ketat juga akan menekan dinding perut sehingga dapat menyebabkan bayi lebih mudah muntah ataupun gumoh.
Sedangkan pemakaian bedong biasanya dengan tujuan mencegah kaki bayi bengkok. Hal ini juga tidak ada pembenarannya. Pembedongan bayi, sebenarnya lebih tepat bila ditujukan agar bayi merasa hangat dan tidur dengan tenang, namun dengan catatan, kenakan bedong dengan longgar. Yang sering terjadi adalah bayi dibedong terlalu rapat dan kuat. Padahal ini tidak boleh karena dapat mengganggu peredaran darah, menghambat pernapasan, dan juga dapat mengganggu perkembangan gerakan (motorik) bayi karena tangan dan kakinya tidak dapat bergerak dengan leluasa.

3.      Pemotongan tali pusat
Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang menghubungkannya dan plasenta ibunya akan dipotong meski tidak semuanya. Tali pusar yang melekat di perut bayi, akan disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya. Agar tidak menimbulkan infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat dengan benar.  Dalam budaya Bali, plasenta dipisahkan dari bayi dengan membakar tali pusat. Pembakaran dalam kepercayaan Bali mengandung falsafah, bahwa dengan membakar tali pusat akan menarik seluruh energi daya kehidupan yang terpendam dalam plasenta selama ini. Sehingga bayi akan menjadi jiwa yang lengkap walaupun sudah terlepas dari plasenta.

4.      Penguburan ari-ari bayi
Diyakini orang Bali, dengan menanamkan ari-ari anak di halaman rumah akan membuat anak selalu ingat pulang atau kembali ke rumah. Secara medis, kepercayaan ini tidak ada hubungannya dengan kesehatan, pertumbuhan maupun perkembangan bayi. Jadi, kalaupun ari-ari dibuang begitu saja tidak menjadi masalah. Hanya saja, secara etika, memang ada baiknya jika ari-ari atau plasenta tidak dibuang begitu saja. Bagaimana pun juga, ari-ari merupakan bagian dari tubuh bayi. Ini juga menjadi langkah antisipasi agar tidak ada orang yang akan menyalahgunakan ari-ari dan plasenta ini untuk berbagai tujuan. Pada ari-ari dan tali pusat terdapat jaringan yang bisa dijadikan bahan dasar kosmetik. Selain itu, dalam plasenta maupun tali pusat terdapat stem cell, yang merupakan bibit kloning paling sempurna untuk membuat manusia baru. Tidak heran jika di negara-negara maju sudah dibuat undang-undang yang melarang penggunaan stem cell sebagai bibit kloning.

  1. Menjemur bayi kuning dibawah sinar matahari
Sebenarnya tidak perlu menjemur bayi kuning di bawah sinar matahari karena memang tidak ada manfaatnya. Kuning pada bayi akan menghilang dengan sendirinya pada minggu kedua. Namun bukan berarti hal ini dilarang. Hal ini boleh dilakukan namun jangan terlalu lama. Sinar matahari adalah sumber terbaik vitamin D. Lakukan selama kurang lebih 15 menit saja dibawah sinar matahari pagi tatkala matahari belum terlalu tinggi dan ini tidak perlu dilakukan setiap hari.

B.     Peran dan Fungsi Perawat dalam Perawatan Bayi Baru Lahir
Indonesia yang terkenal dengan ragam budayanya yang memiliki bermacam-macam tradisi atau kepercayaan dalam perawatan bayi baru lahir. Berbagai hal dari yang biasa-biasa saja, sampai yang tidak masuk akal sering sekali mereka lakukan. Tenaga medis perlu melakukan pengkajian terhadap hal ini. Apakah tindakan atau kebudayaan yang dilakukan ibu-ibu itu berbahaya, mengganggu, ataupun menguntungkan. Supaya nantinya dapat mengubah dan mengarahkan pola pikir yang kuno itu menjadi modren dengan pembaharuan kesehatan. Tentunya demi kesehatan ibu dan anak.

Sesuai peran dan fungsinya, perawat berkewajiban untuk memberikan KIE kepada masyarakat khususnya para ibu dalam perawatan bayi baru lahir. KIE yang dapat diberikan ialah dalam hal sebagai berikut :

  1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi. ASI memang terbukti paling unggul dan merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI memiliki banyak manfaat, yaitu :
a.        ASI mengandung semua kebutuhan gizi yang diperlukan bayi.
b.      ASI mengandung zat gizi yang mudah dicerna bayi.
c.       Produksi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
d.      ASI mengandung berbagai zat anti sehingga bayi tidak mudah terkena infeksi.
e.       ASI tidak mengandung kuman.
f.       ASI selalu segar dan tidak pernah basi serta bisa diberikan kapan saja dan dimana saja.
g.      ASI dapat mencegah alergi.
h.      ASI akan mempererat hubungan batin antara ibu dan anaknya.

Maka dari itu pemberian ASI secara ekslusif hingga bayi berusia 6 bulan sangatlah penting. Yang dimaksud dengan pemberian ASI secara eksklusif di sini adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0 - 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, baru ia mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat terus diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih.

Menyusui pun ada ilmunya. Cara menyusui yang benar dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :
a.       Letakkan wajah bayi menghadap ke payudara dengan cara menyangga kepala bayi dengan satu tangan. Posisi ini akan membuat kepala bayi lebih tinggi daripada dada dan perutnya (seperti posisi setengah duduk).
b.      Dekaplah bayi dengan lembut sehingga perutnya akan bersentuhan dengan perut ibu. Dengan tangan yang lain, sangga payudara agar mudah dicapai oleh mulut bayi.
c.       Pastikan puting payudara dan bagian sekitar areola (bagian berwarna hitam yang mengelilingi puting payudara) masuk ke dalam  mulut bayi. Biarkan bayi mengisap sampai kenyang dan penting pula, biasakan ia mengisap dari kedua payudara ibu.

Posisi menyusui sambil berdiri yang benar
Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)

Posisi menyusui sambil duduk yang benar
Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)

Posisi menyusui sambil rebahan yang benar
Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)

  1. Perawatan tali pusat
Tali pusat bayi bukan hiasan semata. Perawatan perlu dilakukan agar tidak terjadi infeksi sebelum tali pusat lepas dengan sendirinya (istilahnya disebut dengan puput). Prinsipnya adalah menjaga puntung tali pusat supaya tetap bersih dan kering hingga dapat lepas dengan sendirinya. Berikut ialah cara merawat tali pusat  :
a.       Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat. Membersihkan tali pusat saat bayi tidak berada di dalam bak air. Hindari waktu yang lama bayi di air karena bisa menyebabkan hipotermi.
b.      Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat terlebih dahulu.
c.  Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering tanpa diolesi dengan alkohol. Jangan pakai betadine atau antiseptic karena yodium yang terkandung di dalamnya dapat masuk ke dalam peredaran darah bayi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok.
d.     Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman.
e.   Bila menggunakan popok, lipat popok dibawah pusat, tidak membalut talipusat. Hal ini dimaksudkan agar ketika si kecil buang air kecil, talipusat tidak basah terkena air kencing.
f.       Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan kasa steril hingga tali pusat lepas secara sempurna. Talipusat umumnya lepas dalam waktu 5 hari hingga 7 hari meski kadang ada yang sampai dua minggu.

  1. Cara memandikan bayi yang baik
Sebenarnya, bayi tidak perlu dimandikan (yakni dengan mencelupkan ke dalam bak mandinya) dalam 1 – 2 minggu pertama. Namun bayi harus tetap dibersihkan dan dikeringkan setiap kali pipis atau buang air besar. Kalau puntung talipusat belum puput, bayi cukup dibersihkan dengan lap saja karena puntung talipusat yang basah, cenderung menimbulkan infeksi. Gunakan air hangat-hangat kuku. Bukalah pakaiannya dan segera selimuti dengan handuk. Buka daerah tubuh bayi yang akan dilap saja agar bayi tidak kedinginan. Untuk wajah, tidak perlu menggunakan sabun. Gunakan sabun untuk mengelap bagian tubuh lainnya. Jangan lupa bersihkan juga daerah selangkangannya.
Kalaupun lebih memilih untuk memandikan si bayi, tidak mengapa. Yang penting ialah mengetahui caranya. Bila talipusat belum puput, ibu dapat menyelupkan ke dalam bak mandi kecil khusus si kecil. Bayi boleh dimandikan di dalam bak mandi kecil. Gunakan air hangat-hangat kuku. Masukkan bayi secara perlahan-lahan. Mula-mula, basuhlan wajah, bagian kepala, kemudian seluruh tubuhnya tanpa menggunakan sabun. Lalu basuh kembali tubuh dan bagian lainnya dengan sabun, kemudian dibilas. Bila talipusat belum puput, segera keringkan talipusatnya seusai mandi dan olesi dengan alkohol 70%.

  1. Bayi sebaiknya tidak ditidurkan dalam keadaan tengkurap.
Di negara kita, kebanyakan bayi ditidurkan dalam posisi yang alami yakni terlentang. Dulu, kerap dianjurkan agar bayi ditidurkan dalam posisi tengkurap atau telungkup. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari bahaya tersedak atau aspirasi, yakni istilah untuk masuknya makanan ke dalam saluran pernapasan saat bayi muntah. Padahal, yang dapat terjadi justru sindrom kematian mendadak pada bayi yang ditidurkan telungkup. Lain hal bila bayi sudah dapat tengkurap dengan sendirinya, biarkan ia mencari sendiri posisi tidurnya yang nyaman. Jadi dianjurkan, sebelum bayi berusia 4 bulan, sebaiknya tidak menidurkan bayi dalam posisi telungkup atau tengkurap.

  1. Perhatikan napas bayi yang berbunyi grok-grok tidak selalu berarti pilek
Pada bayi hingga usia beberapa bulan, rongga hidungnya masih sempit terutama saat pagi hari atau udara dingin. Alhasil, napasnya menjadi berbunyi grok-grok. Jadi, bukan berarti pilek. Tidak perlu diobati karena akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu.
Penyebab lainnya, adalah adanya peningkatan produksi lendir yang biasanya dialami bayi dengan bakat alergi atau bila ada infeksi misalnya influensa. Jadi, yang perlu dicermati adalah apakah bayi ada alergi atau infeksi yang biasanya ditandai dengan adanya demam.

  1. Makanan tambahan selain ASI tidak dianjurkan diberikan sebelum usia 6 bulan
Makanan tambahan baru boleh diberikan setelah bayi berusia 6 bulan. Sampai usia 6 bulan, sebenarnya ASI saja sudah cukup memenuhi semua kebutuhan nutrisi bayi. Kondisi ini juga berlaku untuk yang mendapatkan susu formula (karena tidak bisa mendapatkan ASI), makanan tambahan tetap diberikan pada usia 6 bulan. Memberikan makanan tambahan sebelum usia 6 bulan memberikan risiko tersedak yang lebih besar dan lebih mudah terjadi alergi. Kematangan saluran cerna bayi umumnya terjadi pada usia 4 hingga 6 bulan termasuk kematangan mekanisme menelan.
Sejenak, kalau kita mencermati, sebelum usia 6 bulan, bayi akan menunjukkan penolakan terhadap makanan bila disuapi. Bayi akan melakukan refleks mendorong dengan lidahnya semua benda padat yang masuk mulutnya, kecuali puting susu atau dot yang sudah dikenal sebelumnya. Refleks ini akan menghilang sendirinya saat usia 6 bulan. Artinya, secara alami, bayi memang tidak perlu diberikan makanan tambahan selain ASI.

  1. Berikan imunisasi untuk bayi
Imunisasi diperlukan untuk memberikan perlindungan bagi bayi dari penyakit infeksi. Bayi yang baru lahir perlu mendapat imunisasi BCG, polio, dan hepatitis B. Ikuti program imunisasi yang diwajibkan pemerintah antara lain: vaksin BCG, polio, hepatitis B, DTP dan campak, yang bisa diperoleh gratis di puskesmas atau posyandu. Dan program imunisasi yang dianjurkan seperti MMR, Tifoid, Hepatitis A, Varisela, IPD (pneumokokus) dan influensa, penting juga diikuti ibu. Hanya saja, untuk program imunisasi yang dianjurkan ini, harus menyediakan dana sendiri karena tidak bisa didapatkan secara gratis.



DAFTAR PUSTAKA

Markum AH, dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sastroasmoro S. 2007. Membina tumbuh kembang bayi dan balita. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Staa Karel A, Meiliasari M. 2005. Menjadi dokter anak di rumah. Jakarta: Puspa Swara. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar